TEMPO.CO, Jakarta - Cakaran kucing mungkin hanya menyebabkan luka sayatan kecil. Itulah sebabnya banyak orang yang menyepelekannya. Padahal, cakaran kucing bisa mengakibatkan masuknya bakteri penyebab infeksi berbahaya.
Di dalam dunia medis, penyakit akibat cakaran kucing dikenal sebagai “demam cakaran kucing”. Penyakit ini disebabkan tidak hanya oleh cakaran kucing, tapi juga gigitan atau jilatannya. Sebab, air liur kucing ternyata mengandung bakteri, termasuk Staphylococcus, Streptococcus, Pasteurella, dan Bartonella henselae.
Bakteri di dalam air liur kucing tersebut kemungkinan didapatkan dari kutu, yang sering tinggal di dalam bulu lebatnya. Untuk orang yang sehat, mungkin penyakit demam cakaran kucing ini tidak terlalu mengkhawatirkan.
Namun bagi orang-orang dengan sistem imun lemah, penyakit cakaran kucing ini bisa menimbulkan problematika.
Orang yang telah mengalami cakaran kucing harus segera datang ke rumah sakit. Kalau bisa, sebelum cakaran kucing itu “berumur” 8 jam. Langkah ini diperlukan untuk mencegah datangnya infeksi. Di rumah sakit, dokter akan memberikan antibiotik infus atau bahkan Anda harus dirawat.
Sama seperti penyakit pada umumnya, cakaran kucing akan menimbulkan berbagai macam gejala pada tubuh sang penderita. Beberapa gejala itu bahkan membutuhkan penanganan medis segera, untuk mencegah adanya komplikasi yang lebih mengkhawatirkan.
Gejala penyakit cakaran kucing yang harus diwaspadai antara lain, benjolan merah, kulit melepuh, demam ringan, sakit kepala, kelelahan, dan menurunnya nafsu makan.
Infeksi kelenjar getah bening juga dapat terjadi, terutama pada kelenjar getah bening yang paling dekat dengan luka cakaran kucing. Biasanya, kelenjar getah bening akan melunak dan bengkak.